senja di jalur Sabiah. Nuri's pic.2011 |
Senja datang jam berapa?
Tanyamu tak sempat kutimpali jawab. Mataku masih protes pada telinga yang begitu peka pada alarm yang entah kenapa diset terlalu dini. Kau masih menunggu tapi aku sibuk mendongkrak semangatku untuk bangkit dan mandi. Ah, seandainya ada cara lain memulai ritual hari selain mandi. Aku tak biasa berlama-lama di gelembung sabun yang wangi. Lagipula kau bertanya terlalu pagi.
Senja datang jam berapa?
Tanyamu tak sempat kutimpali jawab. Ada belasan buku yang harus kubaca. Tebal-tebal pula. Bukan inginku, tapi sungguh itu perlu. Jika saja kau bisa mendengar suaranya memanggil-manggil untuk dibuka. Yang paling menjengkelkan ketika otakku buntu saat tersesat dalam ruang masalah yang kuncinya belum pernah kujamah. Padahal lembaran di lembaran buku itu semua tertera. Jadi ini penting. Lebih penting dari senja.