Jejak Jejak di Jalan

Jejak Jejak di Jalan

Monolog Rindu

| Senin, 23 Mei 2011
Suatu kali kutemukan diriku sangat pongah. Tertawa-tawa seakan telinga di dunia hanya dua. Aku juga meloncat, berteriak, berlari, sampai peluh membanjiri pori-pori. Aku tidak peduli. Aku paling bahagia sedunia. Aku sembuh dari kesakitan yang tidak semua orang bisa.
Sekali waktu kutemukan dirimu berdiri di ujung hari. Saat pukul enam petang melebarkan senyumnya sebagai tanda kita segera mulai bertukar cerita. Sementara bola kuning di langit baratku memilih turun ke pelukan tanah sebelah, bola-bola kuning lain berlompatan keluar dari kotak kecil bagian kiri layarku. Aku sama seperti bola-bola kuning itu ; girang ketika mendapatimu disitu.
Hari ini kutemukan bola kuning yang tertidur. Terus mendengkur. Sesekali terbangun, mengucek matanya, kemudian nampak lesu dan kembali tertidur. Dia menunggu disentuh, namun aku terlanjur menangisi kisah-kisah terakhir. Bola-bola kuning harus mengerti, bahwa cerita-cerita petang punya episode yang terbatas. Sesekali mereka merengek “Kapan kita ketawa lagi?”. Tak kujawab. Bukan tak mau kujawab. Aku memang tak punya jawabannya.
“Kapan kita cerita lagi?” desaknya di layarku yang lain. “Diamlah, aku sibuk!” bentakku. Bola-bola kuning mengekrut, wajahnya cemberut. Mereka kembali tertidur. Pura-pura mendengkur.
***
Bola-bola kuning terbangun sendiri. Meloncat-loncat memamerkan gigi.
“Cerita apa kita hari ini?”
“Kita bicara tentang mangga saja. Kan sedang musimnya”
“Mmm, dapat dari si ganteng itu, yah?”
“Hadiah. Ada yang salah? “
“Mmm, tidak. Lalu ?”
“Aku dapat enam biji mangga hari ini. Sudah kumakan hingga sisa dua”
“Pasti kau tak makan nasi lagi”
“Hehe”
“Ususmu akan mengecil nanti kalau hanya makan sayur dan buah”
“Ah, itu teori saja”
“Kau terus makan tapi tidak akan bertambah besar”
“Biar saja, aku suka tetap seperti ini”
“Kau akan terbang jika tertiup angin”
“Baguslah, tak perlu bayar pesawat berarti”
“Kau nanti dimangsa elang”
“Sebelum dimangsa, akan kuminta 10 menit untuk menatap matanya”
“Kenapa ?”
“Setidaknya sebelum aku mati, aku mengenali siapa yang memangsaku”
“Ah, kau gila”
“Kau juga”
“Kau bicara tidak ada habisnya”
“Karena kau juga bertanya tidak ada ujungnya”
“Jawaban-jawabanmu tidak sinkron”
“Pertanyaanmu juga banyak yang bloon
Hahahahahaha.
“Sudah, tidurlah”
“Kau juga, berhentilah bicara layar yang kosong”
 ***
 "There's nothing good about goodnight when it means goodbye" _Jeff Thomas

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda

 

Copyright © 2010 Nuri Note - Nuri Note - by Nuri Nura