Jejak Jejak di Jalan

Jejak Jejak di Jalan

Bicara Cinta

| Jumat, 20 Mei 2011
“Kau tidak mencintaiku,” keluhnya suatu hari. Cangkir teh yang biasanya setelah dikecup  akan menimbulkan suara “tring” ketika diletakkan, kali ini beradu dengan tatakan porselen bernada “prang !”. Bercak-bercak merah merekah di taplak putih.
Kumainkan keempat jari kananku, berdansa di meja dengan irama “tak tik tak tuk...tak tik tak tuk”. Dia bangkit berdiri, kursinya menjerit “sriiiiiit” saking kaget. Jemariku berhenti berdansa. Mataku awas. Telingaku waspada pada setiap suara-suara yang sudah ku reka-reka akan bernada seperti apa. Mungkin akan ada deretan kalimat meremehkan bahwa aku tak sama genit dengan kekasih kawannya yang mengganggu di jam-jam sibuk dengan sms-sms berupa ungkapan rindu. Barangkali dia akan membandingkanku tak semesra istri kawannya yang penuh energi memposting status-status cinta.
“Nyiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing,” jeritan teko air yang mendidih membuyarkan khayalanku. Aku bangkit. Kulirik dia masih berdiri di tempatnya. Matanya penuh kecewa. Pasrah lebih tepatnya. Ini memang bukan kali pertama dia meminta, tapi kuduga ini puncak kebosanannya. “Nyiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing,” teko air masih menjerit minta diangkat. Aku meraih cangkir yang tercampak di meja. Meminum sisanya. Dia nampak masih marah. Kutuntun kembali ke kursi yang tadi diamuknya. “Nyiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing,” lagi, teko air menjerit kesal tak dipeduli. Kuranggangkan dua kaki, mengejepit dua kaki kokohnya. Tidak ada sungkan menyusup ketika kuselipkan dua kakiku meluncur di samping pinggangnya, menyusup turun ke dua celah sandaran kursi.
“Masih kalah genit jika begini?“ tanya mataku. Matanya berubah sinar.
Kutangkup dua sisi rahangnya yang kokoh, lalu mulai melukis “love” di dua pipinya dengan hidungku. “Lebih mesra mana dari tulisan cinta dengan jari?” tanya hidungku. Pipinya bergetar, mengembang perlahan. 
“Nyiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing,” teko terus menjerit. Paniknya berlipat. Dia bukan hanya  kesal karena tak diangkat, tapi sekarat melihat dua majikannya bergulat.

Show it, dont tell*

1 komentar:

{ Nama } at: 23 Mei 2011 pukul 06.05 mengatakan...

bagus.
terus menulis..
aku selalu baca.

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda

 

Copyright © 2010 Nuri Note - Nuri Note - by Nuri Nura