Jejak Jejak di Jalan

Jejak Jejak di Jalan

Ijab Qabul

| Senin, 25 April 2011
Ah, dia tampan sekali pagi ini. Dibalut baju merah. Dengan sigarak bertengger anggun di kepalanya. Senyumnya lebar,sesekali menipis, lalu melebar kembali. “Pengantin perempuan duduk saja”, tegur tetua melihat kami yang begitu genit mengintip tamu dari pihak pria yang telah duduk sulengka di ruang tamu. Acara sebentar lagi dimulai.
Aku menahan napasku...
 “Ah, kenapa ka mesti dari sekarang ?”, keluh laki-laki itu saat tiba-tiba terbesit ide di kepalaku menyuruhnya latihan Ijab Qabul setelah melihat undangan yang penuh dengan foto prewedding. “Ka biasa ki salah kalau menyebut namaku, ayolah...” rengekku padanya. Dia tersenyum, mematikan rokoknya. “Saya terima nikahnya, Aini Binti Gaddafi, dengan mas kawin segulung weebing, dibayar tunai”. Kami tertawa, bulan di kampus jadi saksinya. Entah kenapa aku begitu yakin akan menyaksikan dia melakukannya suatu hari nanti.
###
“Saya terima nikahnya, Zakiah Binti Sabahi, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai”. Microphone itu menghantarkan getaran suaranya ke telingaku, menyusup ke rongga dadaku. Sementara perempuan yang disebutkan namanya itu tertegun menahan kunci di mulutnya.
***

Sigarak : mahkota busana pengantin pria makassar
Sulengka : duduk bersila
Weebing : tali pengaman pemanjat tebing
Tradisi gigit kunci adalah kepercayaan budaya untuk mengunci hubungan pernikahan agar tetap langgeng. Gembok akan dibuang ke lautan, sementara kunci di buang di hutan.

*flash fiksi lama...semoga bisa bikin lebih banyak lagi :)

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda

 

Copyright © 2010 Nuri Note - Nuri Note - by Nuri Nura